My Diary.
to Share my Life Events

Perbedaan Orang Baik dengan Penyeru Kebaikan


Sekadar jadi orang baik pasti bisa punya banyak teman & buat penyeru kebaikan malah bisa jadi banyak musuhnya

Allahu akbar

Untaian Hikmah nan Indah

Apa bedanya Orang Baik (Shalih) dan Penyeru Kebaikan (Mushlih)..?

Orang Baik, melakukan kebaikan untuk dirinya.
Sedangkan Penyeru Kebaikan (Muslih) mengerjakan kebaikan utk dirinya dan orang lain.

Orang Baik, dicintai manusia..Penyeru Kebaikan dimusuhi manusia.

Kok gitu...?!?!

Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam sebelum diutus, beliau dicintai oleh kaumnya karena beliau adalah orang baik..

Namun ketika Allah ta'ala mengutusnya sebagai Penyeru Kebaikan, kaumnya langsung memusuhinya dengan menggelarinya; Tukang sihir,Pendusta, Gila..

Apa sebabnya..?

Karena Penyeru Kebaikan 'menyikat' batu besar nafsu angkara dan memperbaikinya dari kerusakan..

Itulah sebabnya kenapa Luqman menasihati anaknya agar bersabar ketika melakukan perbaikan, karena dia pasti akan menghadapi permusuhan..

Hai anakku tegakkan sholat, perintahkan kebaikan, laranglah kemungkaran, dan bersabarlah atas apa yang menimpamu

Berkata ahli ilmu: Satu penyeru kebaikan lebih dicintai Alloh daripada ribuan orang baik

Karena melalui penyeru Kebaikan itulah Allah jaga umat ini..Sedang orang baik hanya cukup menjaga dirinya sendiri...

Allah Subhanahu wa ta'alaa berfirman:

"Dan tidaklah Tuhanmu membinasakan satu negeri dengan zalim padahal penduduknya adalah penyeru kebaikan.."

...Allah tidak berfirman; "...Orang Baik (Shalih)"

Maka jadilah penyeru kebaikan, jangan merasa puas hanya sebagai orang baik saja.
Sya'bani Sya'bani Author

Kisah Seorang Raja yang Dzalim dan Seorang Pemuda Muslim

Kisah ini dikenal dengan kisah ashabul ukhdud yaitu orang-orang yang membakar orang beriman dalam parit. Orang-orang yang beriman ini tetap teguh pada keimanan mereka pada Allah, hingga raja di masa itu marah dan membakar mereka hidup-hidup. Kisah ini mengajarkan wajibnya bersabar dalam berpegang teguh pada kebenaran meskipun harus disakiti.


Kisah ini disebutkan dalam firman Allah,

وَالسَّمَاءِ ذَاتِ الْبُرُوجِ (1) وَالْيَوْمِ الْمَوْعُودِ (2) وَشَاهِدٍ وَمَشْهُودٍ (3) قُتِلَ أَصْحَابُ الْأُخْدُودِ (4) النَّارِ ذَاتِ الْوَقُودِ (5) إِذْ هُمْ عَلَيْهَا قُعُودٌ (6) وَهُمْ عَلَى مَا يَفْعَلُونَ بِالْمُؤْمِنِينَ شُهُودٌ (7) وَمَا نَقَمُوا مِنْهُمْ إِلَّا أَنْ يُؤْمِنُوا بِاللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ (8) الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ (9)

Demi langit yang mempunyai gugusan bintang, dan hari yang dijanjikan, dan yang menyaksikan dan yang disaksikan. Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar, ketika mereka duduk di sekitarnya, sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang yang beriman. Dan mereka tidak menyiksa orang-orang mukmin itu melainkan karena orang-orang mukmin itu beriman kepada Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji, Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.” (QS. Al Buruj: 1-9).

Kisah selengkapnya mengenai Ashabul Ukhdud diceritakan dalam hadits yang panjang berikut.

عَنْ صُهَيْبٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « كَانَ مَلِكٌ فِيمَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ وَكَانَ لَهُ سَاحِرٌ فَلَمَّا كَبِرَ قَالَ لِلْمَلِكِ إِنِّى قَدْ كَبِرْتُ فَابْعَثْ إِلَىَّ غُلاَمًا أُعَلِّمْهُ السِّحْرَ. فَبَعَثَ إِلَيْهِ غُلاَمًا يُعَلِّمُهُ فَكَانَ فِى طَرِيقِهِ إِذَا سَلَكَ رَاهِبٌ فَقَعَدَ إِلَيْهِ وَسَمِعَ كَلاَمَهُ فَأَعْجَبَهُ فَكَانَ إِذَا أَتَى السَّاحِرَ مَرَّ بِالرَّاهِبِ وَقَعَدَ إِلَيْهِ فَإِذَا أَتَى السَّاحِرَ ضَرَبَهُ فَشَكَا ذَلِكَ إِلَى الرَّاهِبِ فَقَالَ إِذَا خَشِيتَ السَّاحِرَ فَقُلْ حَبَسَنِى أَهْلِى. وَإِذَا خَشِيتَ أَهْلَكَ فَقُلْ حَبَسَنِى السَّاحِرُ.

Dari Shuhaib, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dahulu ada seorang raja dari golongan umat sebelum kalian, ia mempunyai seorang tukang sihir. Ketika tukang sihir tersebut berada dalam usia senja, ia mengatakan kepada raja bahwa ia sudah tua dan ia meminta agar dikirimkan anak yang akan jadi pewaris ilmu sihirnya. Maka ada seorang anak yang diutus padanya. Tukang sihir tersebut lalu mengajarinya.

Di tengah perjalanan ingin belajar, anak ini bertemu seorang rahib (pendeta) dan ia pun duduk bersamanya dan menyimak nasehat si rahib. Ia pun begitu takjub pada nasehat-nasehat yang disampaikan si rahib. Ketika ia telah mendatangi tukang sihir untuk belajar, ia pun menemui si rahib dan duduk bersamanya. Ketika terlambatnya mendatangi tukang sihir, ia dipukul, maka ia pun mengadukannya pada rahib. Rahib pun berkata, “Jika engkau khawatir pada tukang sihir tersebut, maka katakan saja bahwa keluargaku menahanku. Jika engkau khawatir pada keluargamu, maka katakanlah bahwa tukang sihir telah menahanku.”

فَبَيْنَمَا هُوَ كَذَلِكَ إِذْ أَتَى عَلَى دَابَّةٍ عَظِيمَةٍ قَدْ حَبَسَتِ النَّاسَ فَقَالَ الْيَوْمَ أَعْلَمُ آلسَّاحِرُ أَفْضَلُ أَمِ الرَّاهِبُ أَفْضَلُ فَأَخَذَ حَجَرًا فَقَالَ اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ أَمْرُ الرَّاهِبِ أَحَبَّ إِلَيْكَ مِنْ أَمْرِ السَّاحِرِ فَاقْتُلْ هَذِهِ الدَّابَّةَ حَتَّى يَمْضِىَ النَّاسُ. فَرَمَاهَا فَقَتَلَهَا وَمَضَى النَّاسُ فَأَتَى الرَّاهِبَ فَأَخْبَرَهُ فَقَالَ لَهُ الرَّاهِبُ أَىْ بُنَىَّ أَنْتَ الْيَوْمَ أَفْضَلُ مِنِّى. قَدْ بَلَغَ مِنْ أَمْرِكَ مَا أَرَى وَإِنَّكَ سَتُبْتَلَى فَإِنِ ابْتُلِيتَ فَلاَ تَدُلَّ عَلَىَّ

Pada suatu saat ketika di waktu ia dalam keadaan yang demikian itu, lalu tibalah ia di suatu tempat dan di situ ada seekor binatang besar yang menghalangi orang banyak (di jalan yang dilalui mereka). Anak itu lalu berkata, “Pada hari ini saya akan mengetahui, apakah penyihir itu yang lebih baik ataukah rahib itu.” Ia pun mengambil sebuah batu kemudian berkata, “Ya Allah, apabila perkara rahib itu lebih dicintai di sisi-Mu daripada tukang sihir itu, maka bunuhlah binatang ini sehingga orang-orang banyak dapat berlalu.” Lalu ia melempar binatang tersebut dan terbunuh. Lalu orang-orang bisa lewat.  Lalu ia mendatangi rahib dan mengabarkan hal tersebut. Rahib tersebut pun mengatakan, “Wahai anakku, saat ini engkau lebih mulia dariku. Keadaanmu sudah sampai pada tingkat sesuai apa yang saya lihat. Sesungguhnya engkau akan mendapat cobaan, maka jika benar demikian, janganlah menyebut namaku.”

كَانَ الْغُلاَمُ يُبْرِئُ الأَكْمَهَ وَالأَبْرَصَ وَيُدَاوِى النَّاسَ مِنْ سَائِرِ الأَدْوَاءِ فَسَمِعَ جَلِيسٌ لِلْمَلِكِ كَانَ قَدْ عَمِىَ فَأَتَاهُ بِهَدَايَا كَثِيرَةٍ فَقَالَ مَا هَا هُنَا لَكَ أَجْمَعُ إِنْ أَنْتَ شَفَيْتَنِى فَقَالَ إِنِّى لاَ أَشْفِى أَحَدًا إِنَّمَا يَشْفِى اللَّهُ فَإِنْ أَنْتَ آمَنْتَ بِاللَّهِ دَعَوْتُ اللَّهَ فَشَفَاكَ. فَآمَنَ بِاللَّهِ فَشَفَاهُ اللَّهُ

Anak itu lalu dapat menyembuhkan orang buta dan yang berpenyakit kulit. Ia pun dapat menyembuhkan orang-orang dari berbagai macam penyakit. Berita ini pun sampai di telinga sahabat dekat raja yang telah lama buta. Ia pun mendatangi pemuda tersebut dengan membawa banyak hadiah. Ia berkata pada pemuda tersebut, “Ini semua bisa jadi milikmu asalkan engkau menyembuhkanku.” Pemuda ini pun berkata, “Aku tidak dapat menyembuhkan seorang pun. Yang mampu menyembuhkan hanyalah Allah. Jika engkau mau beriman pada Allah, aku akan berdo’a pada-Nya supaya engkau bisa disembuhkan.” Ia pun beriman pada Allah, lantas Allah menyembuhkannya.

فَأَتَى الْمَلِكَ فَجَلَسَ إِلَيْهِ كَمَا كَانَ يَجْلِسُ فَقَالَ لَهُ الْمَلِكُ مَنْ رَدَّ عَلَيْكَ بَصَرَكَ قَالَ رَبِّى. قَالَ وَلَكَ رَبٌّ غَيْرِى قَالَ رَبِّى وَرَبُّكَ اللَّهُ. فَأَخَذَهُ فَلَمْ يَزَلْ يُعَذِّبُهُ حَتَّى دَلَّ عَلَى الْغُلاَمِ فَجِىءَ بِالْغُلاَمِ فَقَالَ لَهُ الْمَلِكُ أَىْ بُنَىَّ قَدْ بَلَغَ مِنْ سِحْرِكَ مَا تُبْرِئُ الأَكْمَهَ وَالأَبْرَصَ وَتَفْعَلُ وَتَفْعَلُ . فَقَالَ إِنِّى لاَ أَشْفِى أَحَدًا إِنَّمَا يَشْفِى اللَّهُ. فَأَخَذَهُ فَلَمْ يَزَلْ يُعَذِّبُهُ حَتَّى دَلَّ عَلَى الرَّاهِبِ فَجِىءَ بِالرَّاهِبِ فَقِيلَ لَهُ ارْجِعْ عَنْ دِينِكَ. فَأَبَى فَدَعَا بِالْمِئْشَارِ فَوَضَعَ الْمِئْشَارَ فِى مَفْرِقِ رَأْسِهِ فَشَقَّهُ حَتَّى وَقَعَ شِقَّاهُ ثُمَّ جِىءَ بِجَلِيسِ الْمَلِكِ فَقِيلَ لَهُ ارْجِعْ عَنْ دِينِكَ. فَأَبَى فَوَضَعَ الْمِئْشَارَ فِى مَفْرِقِ رَأْسِهِ فَشَقَّهُ بِهِ حَتَّى وَقَعَ شِقَّاهُ

Sahabat raja tadi kemudian mendatangi raja dan ia duduk seperti biasanya. Raja pun bertanya padanya, “Siapa yang menyembuhkan penglihatanmu?” Ia pun menjawab, “Rabbku.” Raja pun kaget, “Apa engkau punya Rabb (Tuhan) selain aku?” Sahabatnya pun berkata, “Rabbku dan Rabbmu itu sama yaitu Allah.” Raja tersebut pun menindaknya, ia terus menyiksanya sampai ditunjukkan anak yang tadi. (Ketika anak tersebut datang), raja lalu berkata padanya, “Wahai anakku, telah sampai padaku berita mengenai sihirmu yang bisa menyembuhkan orang buta dan berpenyakit kulit, serta engkau dapat melakukan ini dan itu.” Pemuda tersebut pun menjawab, “Sesungguhnya aku tidaklah dapat menyembuhkan siapa pun. Yang menyembuhkan adalah Allah.” Mendengar hal itu, raja lalu menindaknya, ia terus menyiksanya, sampai ditunjukkan pada pendeta yang menjadi gurunya. (Ketika pendeta tersebut didatangkan), raja pun memerintahkan padanya, “Kembalilah pada ajaranmu!” Pendeta itu pun enggan. Lantas didatangkanlah gergaji dan diletakkan di tengah kepalanya. Lalu dibelahlah kepalanya dan terjatuhlah belahan kepala tersebut. Setelah itu, sahabat dekat raja didatangkan pula, ia pun diperintahkan hal yang sama dengan pendeta, “Kembalilah pada ajaranmu!” Ia pun enggan. Lantas (terjadi hal yang sama), didatangkanlah gergaji dan diletakkan di tengah kepalanya. Lalu dibelahlah kepalanya dan terjatuhlah belahan kepala tersebut.

ثُمَّ جِىءَ بِالْغُلاَمِ فَقِيلَ لَهُ ارْجِعْ عَنْ دِينِكَ. فَأَبَى فَدَفَعَهُ إِلَى نَفَرٍ مِنْ أَصْحَابِهِ فَقَالَ اذْهَبُوا بِهِ إِلَى جَبَلِ كَذَا وَكَذَا فَاصْعَدُوا بِهِ الْجَبَلَ فَإِذَا بَلَغْتُمْ ذُرْوَتَهُ فَإِنْ رَجَعَ عَنْ دِينِهِ وَإِلاَّ فَاطْرَحُوهُ فَذَهَبُوا بِهِ فَصَعِدُوا بِهِ الْجَبَلَ فَقَالَ اللَّهُمَّ اكْفِنِيهِمْ بِمَا شِئْتَ. فَرَجَفَ بِهِمُ الْجَبَلُ فَسَقَطُوا وَجَاءَ يَمْشِى إِلَى الْمَلِكِ فَقَالَ لَهُ الْمَلِكُ مَا فَعَلَ أَصْحَابُكَ قَالَ كَفَانِيهِمُ اللَّهُ. فَدَفَعَهُ إِلَى نَفَرٍ مِنْ أَصْحَابِهِ فَقَالَ اذْهَبُوا بِهِ فَاحْمِلُوهُ فِى قُرْقُورٍ فَتَوَسَّطُوا بِهِ الْبَحْرَ فَإِنْ رَجَعَ عَنْ دِينِهِ وَإِلاَّ فَاقْذِفُوهُ. فَذَهَبُوا بِهِ فَقَالَ اللَّهُمَّ اكْفِنِيهِمْ بِمَا شِئْتَ. فَانْكَفَأَتْ بِهِمُ السَّفِينَةُ فَغَرِقُوا وَجَاءَ يَمْشِى إِلَى الْمَلِكِ فَقَالَ لَهُ الْمَلِكُ مَا فَعَلَ أَصْحَابُكَ قَالَ كَفَانِيهِمُ اللَّهُ.

Kemudian giliran pemuda tersebut yang didatangkan. Ia diperintahkan hal yang sama, “Kembalikan pada ajaranmu!” Ia pun enggan. Kemudian anak itu diserahkan kepada pasukan raja. Raja berkata, “Pergilah kalian bersama pemuda ini ke gunung ini dan itu. Lalu dakilah gunung tersebut bersamanya. Jika kalian telah sampai di puncaknya, lalu ia mau kembali pada ajarannya, maka bebaskan dia. Jika tidak, lemparkanlah ia dari gunung tersebut.” Lantas pasukan raja tersebut pergi bersama pemuda itu lalu mendaki gunung. Lalu pemuda ini berdo’a, “Ya Allah, cukupilah aku dari tindakan mereka dengan kehendak-Mu.” Gunung pun lantas berguncang dan semua pasukan raja akhirnya jatuh. Lantas pemuda itu kembali berjalan menuju raja. Ketika sampai, raja berkata pada pemuda, “Apa yang dilakukan teman-temanmu tadi?” Pemuda tersebut menjawab, “Allah Ta’ala telah mencukupi dari tindakan mereka.” Lalu pemuda ini dibawa lagi bersama pasukan raja. Raja memerintahkan pada pasukannya, “Pergilah kalian bersama pemuda ini dalam sebuah sampan menuju tengah lautan. Jika ia mau kembali pada ajarannya, maka bebaskan dia. Jika tidak, tenggelamkanlah dia.” Mereka pun lantas pergi bersama pemuda ini. Lalu pemuda ini pun berdo’a, “Ya Allah, cukupilah aku dari tindakan mereka dengan kehendak-Mu.” Tiba-tiba sampan tersebut terbalik, lalu pasukan raja tenggelam. Pemuda tersebut kembali berjalan mendatangi raja. Ketika menemui raja, ia pun berkata pada pemuda, “Apa yang dilakukan teman-temanmu tadi?” Pemuda tersebut menjawab, “Allah Ta’ala telah mencukupi dari tindakan mereka.”


فَقَالَ لِلْمَلِكِ إِنَّكَ لَسْتَ بِقَاتِلِى حَتَّى تَفْعَلَ مَا آمُرُكَ بِهِ. قَالَ وَمَا هُوَ قَالَ تَجْمَعُ النَّاسَ فِى صَعِيدٍ وَاحِدٍ وَتَصْلُبُنِى عَلَى جِذْعٍ ثُمَّ خُذْ سَهْمًا مِنْ كِنَانَتِى ثُمَّ ضَعِ السَّهْمَ فِى كَبِدِ الْقَوْسِ ثُمَّ قُلْ بِاسْمِ اللَّهِ رَبِّ الْغُلاَمِ.
ثُمَّ ارْمِنِى فَإِنَّكَ إِذَا فَعَلْتَ ذَلِكَ قَتَلْتَنِى. فَجَمَعَ النَّاسَ فِى صَعِيدٍ وَاحِدٍ وَصَلَبَهُ عَلَى جِذْعٍ ثُمَّ أَخَذَ سَهْمًا مِنْ كِنَانَتِهِ ثُمَّ وَضَعَ السَّهْمَ فِى كَبِدِ الْقَوْسِ ثُمَّ قَالَ بِاسْمِ اللَّهِ رَبِّ الْغُلاَمِ. ثُمَّ رَمَاهُ فَوَقَعَ السَّهْمُ فِى صُدْغِهِ فَوَضَعَ يَدَهُ فِى صُدْغِهِ فِى مَوْضِعِ السَّهْمِ فَمَاتَ فَقَالَ النَّاسُ آمَنَّا بِرَبِّ الْغُلاَمِ آمَنَّا بِرَبِّ الْغُلاَمِ آمَنَّا بِرَبِّ الْغُلاَمِ.

Ia pun berkata pada raja, “Engkau tidak bisa membunuhku sampai engkau memenuhi syaratku.” Raja pun bertanya, “Apa syaratnya?” Pemuda tersebut berkata, “Kumpulkanlah rakyatmu di suatu bukit. Lalu saliblah aku di atas sebuah pelepah. Kemudian ambillah anak panah dari tempat panahku, lalu ucapkanlah, “Bismillah robbil ghulam, artinya: dengan menyebut nama Allah Tuhan dari pemuda ini.” Lalu panahlah aku karena jika melakukan seperti itu, engkau pasti akan membunuhku.” Lantas rakyat pun dikumpulkan di suatu bukit. Pemuda tersebut pun disalib di pelepah, lalu raja tersebut mengambil anak panah dari tempat panahnya kemudian diletakkan di busur. Setalah itu, ia mengucapkan, “Bismillah robbil ghulam, artinya: dengan menyebut nama Allah Tuhan dari pemuda ini.” Lalu dilepaslah dan panah tersebut mengenai pelipisnya. Lalu pemuda tersebut memegang pelipisnya tempat anak panah tersebut menancap, lalu ia pun mati. Rakyat yang berkumpul tersebut lalu berkata, “Kami beriman pada Tuhan pemuda tersebut. Kami beriman pada Tuhan pemuda tersebut.”

فَأُتِىَ الْمَلِكُ فَقِيلَ لَهُ أَرَأَيْتَ مَا كُنْتَ تَحْذَرُ قَدْ وَاللَّهِ نَزَلَ بِكَ حَذَرُكَ قَدْ آمَنَ النَّاسُ. فَأَمَرَ بِالأُخْدُودِ فِى أَفْوَاهِ السِّكَكِ فَخُدَّتْ وَأَضْرَمَ النِّيرَانَ وَقَالَ مَنْ لَمْ يَرْجِعْ عَنْ دِينِهِ فَأَحْمُوهُ فِيهَا. أَوْ قِيلَ لَهُ اقْتَحِمْ. فَفَعَلُوا حَتَّى جَاءَتِ امْرَأَةٌ وَمَعَهَا صَبِىٌّ لَهَا فَتَقَاعَسَتْ أَنْ تَقَعَ فِيهَا فَقَالَ لَهَا الْغُلاَمُ يَا أُمَّهِ اصْبِرِى فَإِنَّكِ عَلَى الْحَقِّ

Raja datang, lantas ada yang berkata, “Apa yang selama ini engkau khawatirkan? Sepertinya yang engkau khawatirkan selama ini benar-benar telah terjadi. Manusia saat ini telah beriman pada Tuhan pemuda tersebut.” Lalu raja tadi memerintahkan untuk membuat parit di jalanan lalu dinyalakan api di dalamnya. Raja tersebut pun berkata, “Siapa yang tidak mau kembali pada ajarannya, maka lemparkanlah ia ke dalamnya.” Atau dikatakan, “Masuklah ke dalamnya.” Mereka pun melakukannya, sampai ada seorang wanita bersama bayinya. Wanita ini pun begitu tidak berani maju ketika akan masuk di dalamnya. Anaknya pun lantas berkata, “Wahai ibu, bersabarlah karena engkau di atas kebenaran.” (HR. Muslim no. 3005).

Beberapa faedah dari kisah di atas:

1- Raja yang zalim akan terus mencari pewarisnya dan ingin kekuasaannya terus ada.

2- Raja atau penguasa yang tidak berhukum dengan syari’at Allah biasa menggunakan dukun dan sihir untuk mendukung kekuasaannya, seperti ini tetap terus ada hingga saat ini.

3- Anjuran mengajari anak sejak kecil karena hasilnya lebih mudah melekat dibanding sudah besar. Seperti kata pepatah arab, innal ‘ilma fish shighor kan-naqsyi fil hajar, artinya sesungguhnya ilmu ketika kecil seperti memahat di batu. Artinya, ilmu ketika kecil itu lebih kokoh.

4- Adanya karomah para wali. Wali Allah adalah orang yang beriman dan bertakwa.

5- Hati hamba di tangan Allah. Allah sesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk pada siapa yang Dia kehendaki. Pemuda dalam kisah ini padahal dalam pengasuhan raja dan pengajaran tukang sihir, namun ia bisa mendapat hidayah pada kebenaran.

6- Pemuda ini menyandarkan penyembuhan pada Allah, bukan pada dirinya. Sehingga hal ini menunjukkan janganlah tertipu dengan karomah atau kejadian aneh yang bisa diperbuat seseorang.

7- Boleh menguji kebenaran seseorang ketika dalam kondisi ragu atau hati yang berguncang. Seperti pemuda ini menguji apakah yang benar adalah tukang sihir ataukah rahib (pendeta) dengan melempar binatang besar.

8- Pendeta tadi menyarankan pada pemuda untuk mengatakan “Jika engkau khawatir pada tukang sihir tersebut, maka katakan saja bahwa keluargaku menahanku. Jika engkau khawatir pada keluargamu, maka katakanlah bahwa tukang sihir telah menahanku.” Ini menunjukkan bahwa mengakal-akali orang lain (berbohong) itu boleh jika ada maslahat seperti saat perang atau untuk menyelematkan diri.

9- Ada orang beriman yang digergaji demi mempertahankan imannya.

10- Allah selalu memenangkan kebenaran dan menolong orang yang berpegang teguh pada kebenaran.

11- Boleh bagi seseorang mengorbankan dirinya sendiri jika ada maslahat agama yang besar seperti pemuda ini yang mengorbankan dirinya dan membuat seluruh rakyat beriman pada Allah.

12- Nampak jelas perbedaan thoghut dan da’i ilallah. Thoghut mengajak manusia supaya menjadikan ibadah pada sesembahan selain Allah. Sedangkan da’i ilallah mengajak manusia  peribadatan pada Allah saja.

13- Kadang seorang wali Allah diberi karomah berulang kali, tujuannya untuk mengokohkan imannya.

14- Orang kafir tidak bisa membantah argumen dari orang beriman. Yang  membuat mereka menolak kebenaran adalah karena sifat sombong yang ada pada mereka.

15- Orang yang zalim akan menindak orang yang tidak mau manut pada perintahnya dan menindak setiap orang yang beriman pada Allah, tujuannya supaya kekuasaan dunia mereka langgeng.

16- Melalui orang zalim dapat muncul bukti kebenaran. Rakyat dalam kisah ini beriman kepada Allah disebabkan karena kokoh, jujur dan ketakutan pemuda ini hanya pada Allah.

17- Di antara bayi yang bisa berbicara padahal masih dalam momongan adalah bayi dalam kisah ini, selain itu juga ada bayi yang diajak bicara oleh Juraij dan Nabi ‘Isa ‘alaihis salam. Jadi, ada tiga bayi yang bisa bicara ketika masih dalam momongan.

18- Cerita ini menunjukkan mukjizat Al Qur’an karena cerita ini hampir dilupakan dalam sejarah dan disebutkan dalam Al Qur’an.

19- Boleh mengajari orang lain dengan menyebutkan kisah seperti ini. Karena kadang dengan nasehat langsung sukar diterima, beda halnya dengan menyampaikan kisah.

20- Setiap pemuda hendaklah mencontoh perjuangan pemuda dalam kisah ini, yaitu hendaklah ia berpegang teguh pada kebenaran dan terus bersabar, jangan sampai terjerumus dalam jalan kesesatan walau diancam dengan nyawa.

21- Wajib bagi setiap orang yang diuji keimanannya untuk bersabar, meski harus mengorbankan nyawa. Namun dalam masalah ini ada dua rincian:

(1) Maslahatnya kembali pada diri sendiri. Ketika diperintahkan mengucapkan kalimat kufur, misalnya, maka ia bisa memilih mengucapkannya ketika dipaksa, asalkan hati dalam keadaan tetap beriman. Ia juga boleh memilih untuk tidak mau mengucapkan walau sampai mengorbankan nyawanya.

(2)  Maslahatnya kembali pada orang banyak. Misalnya, kalau seandainya ia kafir di hadapan orang banyak, maka orang lain pun bisa ikut sesat. Dalam kondisi ini tidak boleh seseorang mengucapkan kalimat kufur, ia harus bersabar walau sampai dihilangkan nyawa. Hal ini dapat kita temukan dalam kisah Imam Ahmad yang masyhur. Ketika ia dipaksa mengucapkan ‘Al Qur’an itu makhluk, bukan kalam Allah’. Imam Ahmad enggan dan akhirnya ia disakiti dengan dicambuk. Tetapi beliau tetap kokoh memegang prinsip Al Qur’an itu kalam Allah, bukan makhkuk. Jika Imam Ahmad tidak memegang prinsipnya tersebut, tentu manusia akan ikut sesat.

22- Hadits ini juga menunjukkan terkabulnya do’a orang yang dalam kondisi terjepit seperti do’a pemuda ini ketika ingin dilempar dari gunung dan ditenggelamkan di tengah lautan.

23- Kisah ini mengajarkan wajibnya bersabar ketika disakiti padahal berada dalam kebenaran.

Semoga kita bisa memetik pelajaran-pelajaran berharga dari kisah pemuda ini. Wallahu waliyyut taufiq.

Referensi:

Bahjatun Nazhirin Syarh Riyadhish Sholihin, Abu Usamah Salim bin ‘Ied Al Hilaliy, terbitan Dar Ibnul Jauzi, cetakan pertama, tahun 1430 H, 1: 76-78.

Syarh Riyadhish Sholihin, Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin, terbitan Madarul Wathon, cetakan tahun 1426 H, 1: 213-225.

Nuzhatul Muttaqin Syarh Riyadhish Sholihin, Dr. Musthofa Al Bugho, dll, terbitan Muassasah Ar Risalah, cetakan pertama, tahun 1432 H, hal. 35.

Sumber: rumaysho.com
Sya'bani Sya'bani Author

Setiap Masalah pasti ada Solusi

“Semua…!!! Lari..!!!
Hutan pun menjadi riuh. Semua berdesak-desakkan, saling menyingkirkan. Semua panik. Api telah melahap satu per satu rumah mereka. Tempat tinggal dimana mereka bercengkrama dengan keluarga..
“Ayah… Tunggguu…!!!”, panggil seekor monyet.
Ayahnya sudah jauh meninggalkan. Kebakaran hutan itu membuat mereka terpisah dengan yang dicintainya..
Monyet itu terus berlari…
Tiba-tiba, ia melihat seekor burung kecil, terbang kesana-kemari..

Ia terlihat terbang keluar masuk hutan. Terus terbang. Tanpa memikirkan hewan yang ada di bawahnya..
“Hai, burung..!! Kamu mau kemana? Kenapa kembali? Ayo kita pergi! Rumah kita terbakar.. Sangat berbahaya jika kamu kembali..”
Burung tersebut menghampiri sang monyet.
“Aku sedang mengambil air untuk memadamkan hutan kita.”, jawab burung tegas
“Eh? Buat apa? Tubuhmu yang kecil itu mana mungkin bisa memadamkan api di hutan. Sudahlah, kita pergi saja. Kita cari hutan lain.”, ajak monyet
“Biarlah aku melakukan apa yang bisa ku lakukan.. Pun jika aku mati, aku bisa menjawab pertanyaan Tuhan kelak, aku bisa mengatakan pada Dia bahwa aku sudah berusaha semaksimal ku untuk memadamkan api. Aku tidak lari, Tapi aku mencoba untuk menyelamatkan hutan.”, jawab sang burung.
Matanya berkaca-kaca.
Monyetpun tertegun.
“Okelah, kalau gitu aku temani kamu. Aku juga takut kalau aku nanti ditanya Tuhan dan ternyata aku hanya bisa lari. Aku bantu kamu deh..”,
Monyet dan burungpun saling membantu memadamkan api.
Sekumpulan gajah terheran menyaksikan tingkah dua makhluk itu.
“Hei, kalian sedang apa?” tanya seekor gajah
“Kami sedang memadamkan api.” jawab sang monyet sambil berlari membawa air.
Gajah saling memandang satu sama lain. Melihat itu, hati mereka terpanggil. Dan mereka pun turut membantu.
Gajah dengan belalainya yang panjang, menyemprotkan air ke hutan. Silih berganti, kumpulan makhluk itu berusaha untuk memadamkan api.
Tak ayal, hewan lain pun turut membantu.
“Semua hewan..Cepat ambil air dan kembali padamkan api…!!!!” Sang Raja hutan pun tak mau kalah membantu.
Dia mengerahkan semua rakyatnya untuk memadamkan.
Semua, kawan..
Hingga, akhirnya, kebakaran pun padam.
“Hhhhh… Ternyata…”
Nafas mereka tersengal-sengal.
Ternyata, rumah mereka masih bisa diselamatkan.
“Alhamdulillah… Terimakasih telah menyelamatkan rumah kami..”
Makhluk-makhluk itu tersenyum lebar..
Keringat mereka masih bercucuran..
“Ternyata….”
Dan merekapun masih saling berpandangan…
Ternyata, api yang sudah melahap hutan tempat mereka tinggal bisa dipadamkan.
Haru bercampur heran..
Awalnya mereka tak percaya..
Semua berlari..
Kabur dari sarangnya..
Dan ternyata..
Berkat seekor burung kecil..
Yang terus menerus berusaha..
Pun mereka sempat menganggap sia-sia..
Tetapi akhirnya..
Sang burung pun membuktikan..
“Small thing, but doing sincerelly..”
Semua ternyata bisa teratasi..
“Karena setiap masalah pasti ada solusi..”
****
Mari Mencoba untuk menjadi bagian untuk memberikan solusi atas bangsa ini. Bangsa yang sangat hebat dengan berbagai potensi pemudanya. Ya, dari pemuda kami yakin kebangkitan itu akan hadir.
Dari pemuda, yang memiliki kekuatan yang penuh, semangat yang hebat, dan kemampuan yang luar biasa, dimana mereka akan menjadi pemberi solusi atas segala masalah di negeri ini.
Banyak orang yang hanya membicarakan masalah, masalah, dan masalah, lalu kabur..Lalu, siapa yang akan memperbaiki negeri ini?
Mari kita berhenti sejenak, kita atur strategi, rapatkan barisan, untuk kembali..
Kita padamkan api yang telah membakar..
Kita bersama menjadi solusi..
Dengan banyak prestasi..
dan Berkontribusi untuk negara..
Dan untuk dunia..
“We believe.. The better world will come.. Begin from YOUTH…  And someday all people see.. that WE CAN do TOGETHER…”
Salam Inspirasi!

AFS 
Sya'bani Sya'bani Author

Allah is the Greatest, nothing else!


Louisville - Muhammad Ali adalah sosok muslim yang sangat taat. Meski terkenal jago di atas ring tinju, legenda yang tutup usia pekan lalu selalu menganggap ia hanya makhluk lemah.
Ali meninggal di rumah sakit dalam usia 74 tahun. Petinju yang dijuluki "The Greatest" tak kuasa melawan penyakit Parkinson yang sudah dideritanya selama 32 tahun.
Sebagai muslim, Ali dikenal sebagai sosok yang sangat taat. Salah satu buktinya adalah ketika ia menolak penghargaan Walk of Fame miliknya di Holywood dipasang di trotoar. Alasannya karena ia tak ingin nama Muhammad diinjak-injak sehingga cuma penghargaannya yang terpampang di dinding.
Selain itu, baru-baru ini juga beredar video wawancara Muhammad Ali yang menunjukkan dirinya merupakan muslim yang bertaqwa. Dalam sebuah kesempatan, Ali yang merupakan petinju justru ditanya siapa pengawalnya.
Ali langsung menjawabnya sedikit bercanda dengan langsung pura-pura menghitung. Tak lama kemudian dia menjawabnya, namun cukup mengejutkan "Tidak ada," katanya.
"Tapi saya punya satu pengawal. Dia tidak punya mata, tapi Maha Melihat. Dia tidak punya telinga, tapi Maha Mendengar. Dia Maha Mengingat dengan bantuan pikiran dan memori. Ketika Dia ingin ciptakan sesuatu, Dia tinggal tunjuk perintah agar terjadi dan nyata," tambah Ali sambil menatap wajah pewawancaranya dengan serius.
"Itu bukan bentuk perkataan seperti kami mengatakannya dan didengar dengan kuping. Dia Maha Mengetahui segala rahasia. Siapa dia? Dia adalah Tuhan Allah. Dia bodyguard saya. Dia pengawal anda juga. Dia adalah Maha. Yang Paling Bijaksana," tutup Ali.
Mengganti nama
‘’Cassius Clay itu nama budak!’’ Hal itu pernah dilontarkan Muhammad Ali, saat ditanya wartawan mengenai perubahan namanya pada paruh akhir tahun 1960-an. Ali gusar karena para wartawan yang ke mana dia pergi selalu merubungnya dan selalu menanyakan soal nama barunya setelah memeluk Islam itu.
‘’Nama saya Ali, Muhammad Ali,’’ katanya lagi yang nama kecil lengkapnya bernama Cassius Marcellus Clay Jr (lahir 17 Januari 1942 di Louisville, Kentucky, Amerika).
Meski dikenal jagoan baku pukul, semenjak kecil Ali dikenal sebagai pribadi yang baik dan menyenangkan. Dia penurut, tak pernah terlibat perkara kriminal seperti misalnya si petinju leher beton Mike Tyson yang suka berkelahi semenjak kecil.
Teman-teman kecilnya menyebut Ali yang merupakan putra tukang cuci pakaian ini sebagai teman yang menyenangkan. Kebugaran dan kekuatan fisiknya sudah ditempanya semenjak masa sekolah dasar. Ketika teman-teman pergi ke sekolah menumpang bus, dia memilih berlari ke sekolah meski seorang diri.
"Kalau kami naik bus ke sekolah, Ali malah memilih berlari ke sekolah yang jarak dari rumah sekitar enam kilometer. Hebatnya, dia selalu lebih dulu sampai di sekolah daripada kami yang pergi menumpang bus," cerita seorang tetangga perempuan Ali, di Louisville, beberapa tahun silam.
Jerry Icenberg, kolumnis senior Newark Star-Ledger menyatakan, Ali seorang nice guy atau punya kepribadian yang menyenangkan. Dia mampu menyebarkan semangat kemanusiaan dan menjadi penerang bagi dunia. "Ali seorang genuine Muslim (pribadi Muslim yang utuh),’’ kata Icenberg.
"I love Muhammad Ali. Dia seorang legenda dan juara sejati bagi keseluruhan umat manusia. Muhammad Ali memang the Greatest sekaligus juara yang sejati,’’ kata promotor tinju kondang Don King.
Mengenai soal pergantian namanya dalam buku otobiografinya, Ali mengaku pilihan dirinya menjadi Muslim itu dilakukan setelah merengkuh gelar juara dunia tinju pertamanya atas Sony Liston pada tahun 1964. Ali bersyahadat di atas ring dan menganggap agama Islam penuh toleransi dan tidak diskriminatif.
Semenjak pertengahan 1960-an, di Amerika timbul gerakan antiperang yang melahirkan sebutan lahirnya "generasi bunga". Generasi ini sangat menentang perang dan anti terhadap perbedaan ras.
Salah satu isu yang penting saat itu adalah soal perang Vietnam dan tersisihnya hak orang kulit hitam di Amerika. Saking kesalnya atas perlakukan rasial itu, Ali seraya berseloroh sering mengatakan kaum kulit putih di Amerika menganggap dirinya seperti seorang Tarzan, "Orang kulit putih yang hidup sendirian di dalam rimba belantara." Selain itu, sebagai protes atas rasialisme di Amerika Serikat, Ali pun pada tahun 1960 membuang medali emas Olimpiadenya ke Sungai Ohio di Kentucky.
Sebagai puncak perlawanan atas rasialisme dan meluasnya peperangan, maka Ali pada saat itu pun menolak mengikuti wajib militer yang mengharuskannya menjadi tentara. Ia menolak karena memang tak sudi ikut berperang ke Vietnam. Ia menyatakan tak pernah punya urusan atau masalah dengan orang Vietnam. Apalagi Vietkong (tentara pengikut panglima tentara Vietnam Ho Chi Minh) tak pernah membunuh atau menyebut dirinya sebagai seorang negro.
"Tidak ada Vietcong yang menyerang saya. Tidak ada Vietkong yang pernah menelepon lalu menyebut saya dengan panggilan negro," kata Ali.
Selain itu Ali mengatakan, "Musuhku itu orang kulit putih, bukan Vietkong, Cina, atau Jepang. Kalian kulit putih menghalangiku mendapatkan kebebasanku, menghalangiku mendapatkan keadilan. Bahkan kalian kulit putih tak mau mendukungku untuk melakukan apa yang diperintahkan agamaku, kalian malah menyuruhku pergi dan menyuruhku bertarung padahal kalian tak pernah mendukungku saat di rumah."
Sikap menolak tetap dia pegang meski kemudian lisensi tinjunya terancam dicabut, masuk penjara, dan kehilangan gelar sebagai juara dunia. Situasi vakum bertinju ini berlangsung empat tahun dari tahun 1967-1971 atau baru berakhir ketika Mahkamah Agung AS memenangkan kasusnya.
Setelah memenangi kasus hukumnya, Ali kemudian bertinju kembali. Lawan pertamanya Oscar Bonavena di Madison Square Garden pada bulan Desember 1971. Ia berhasil menang TKO di babak ke-15. Berkat kemenangan ini, Ali kini menjadi pesaing utama yang akan melawan juara dunia kelas berat yang pada saat itu dipegang Joe Frazier. Namun sayang, meski kemudian Jae Frazier berhasil dikalahkan (pada pertarungan kedua), gelar dunia keburu melayang kepada si Beruang Besar George Foreman.
Maka, promotor tinju nomor wahid dunia saat itu, Don King, kemudian mengatur pertarungan antara Ali melawan George Foreman di Kinshasa, Zaire, pada 30 Oktober 1974. Don King menamai gelanggang adu jotos ini "The Rumble in the Jungle " (Pertarungan di Tengah Rimba).
Ali sendiri mengaku pertarungan melawan Foreman adalah salah satu pertarungan terberat (selain itu, dia mengaku peraturangan terberatnya melawan Frazier dan Ken Norton). Saat itu, Foreman adalah sosok petinju menakutkan: tinggi, besar, dan sangat kuat. Semua musuhnya dilibas dengan KO atau TKO. Frazier, misalnya, dipukul oleh Foreman dengan pukulan stright sampai kakinya melayang atau terangkat setinggi 5 cm.
Namun, meski merasa jeri dengan reputasi Foreman, Ali menutupi rasa itu dengan banyak memprovokasi dengan melakukan perang urat syaraf melalui perang pernyataan. Ali pun berusaha mencari dukungan dari penduduk lokal dengan melakukan jogging keliling Kinshaha.
Di negara yang berada di tengah Benua Afrika itu tentu saja Ali dielu-elukan:’’Ali Bumaye... Ali Bumaye,’’ begitu teriakan warga Kinshaha ketika menjumpai Ali yang tengah berlatih di pagi hari.
Dan, hasilnya luar biasa. Ali ternyata berhasil menganvaskan Foreman pada ronde kedelapan meski sebelum ronde itu dia dibombardir tinju Foreman habis-habisan. Selama itu, mulai ronde awal hingga keenam ia terus bertahan dan terus berlindung di balik double cover kedua tangannya. Tak hanya itu, dia pun bergelantungan di tali ring (melakukan teknik bertinju rope a dope) sembari terus berteriak di telinga Foreman: "Mana pukulan terkerasmu? Apa hanya segini pukulanmu?" Foreman membalas teriakan Ali dengan terus memukul dan memukul seperti beruang besar yang mengamuk.
Taktik memukul tanpa henti ternyata membuat Foreman frustrasi dan kelelahan. Keadaan itu dilihat Ali. Maka, mulai ronde keenam, Ali balik menyerang sembari merangkul, berlari berkeliling, dan memukul keras kepala Foreman melalui pukulan jabnya yang dahsyat (dikatakan Ali seperti terbang bagai kupu-kupu, menyengat seperti lebah). Tak ayal lagi, Foreman terjungkal secara tragis. Saking sedihnya, setelah kekalahan ini, Foreman pun menyatakan diri pensiun dari ring tinju dan menjalani profesi baru sebagai pendeta.
Ali pun meraih juara dunianya yang kedua. Ali mengukuhkan diri sebagai jawara dan menyebut dirinya: "I am the Greatest!"
Ali: Allah Yang Terbesar!
Setelah menaklukkan Foreman, Ali pun kebanjiran job bertinju di berbagai belahan dunia. Olahraga tinju profesional yang saat itu seolah tak punya harga berubah menjadi olahraga gemerlap yang berbayar sangat mahal. Ali menikmati kejayaan itu dan baru turun dari takhtanya setelah dikalahkan petinju asal Inggris pada akhir September 1978, Leon Spink.

Namun, gelar ini tak lama kemudian direbutnya kembali. Dan baru pada 10 Februari 1980 Ali benar-benar kehilangan sabuk juara tinjunya setelah dikalahkan mantan "anak asuhnya", Larry Holmes. Setelah itu, Ali pensiun dan malah kemudian terkena penyakit parkinson sampai dia meninggal pada Sabtu (4/6/2016).
Beberapa tahun setelah lama gantung sarung tinju dan kemudian ditanya apakah masih menyebut dirinya sebagai the Greatest, Ali pun menjawabnya sembari tersenyum dan mengangkat tangan dengan menunjukkan jari telunjuk ke atas: "Allah is the Greatest!"
Dan dalam talkshow di sebuah televisi di Inggris Ali yang berbincang bersama Freizer, Foreman, menyatakan tak percaya bila dirinya yang terbesar. Dia malah menyebut Joe Freizer yang duduk di sampingnya lebih berhak menyandang sebutan itu.
Ketika para dokter di AS memvonisnya dengan penyakit Sindroma Parkinson, Ali mengatakan bahwa dia telah mendapatkan hidup yang baik sebelumnya dan sekarang. Dia tidak membutuhkan simpati dan belas kasihan. Bahkan, ia menolak pengobatan kumpulan dokter ahli dunia. Dia hanya ingin menerima kehendak Allah SWT. Penyakitnya ini, menurut dia, merupakan cara Allah SWT merendahkannya untuk mengingatkannya pada kenyataan bahwa tak ada seorang pun yang lebih hebat dari Allah.
Sya'bani Sya'bani Author

Mengenai Saya

Text Widget

Popular Posts

About

Ordered List

Blogger templates

Blogroll

Popular Posts

Unordered List

Recent Posts